teori kepribadian BF skiner
MATRIKULASI
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH TEORI KEPRIBADIAN
Dosen : Dr. Wirda
Hanim, M.Psi
“Teori Kepribadian Skinner”
DISUSUN OLEH:
FUAD
ZEN NIM.
1726167028
NON REGULER
MAGISTER BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI JAKARTA
2016/2017
Teori Kepribadian Skinner
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Behaviorisme merupakan
salah satu aliran dalam psikologi. Penekanan utamanya-sebagai yang diprogramkan
oleh pendirinya,John. B. Watson-adalah pada studi perilaku yang observasional.
Behaviorisme berangkat dari satu argumentasi bahwa psikologi harus
mengaplikasikan pendekatan yang objektif dalam mempelajari manusia sebagai
suatu upaya elaboratif yang ilmiah dan akuntabel. Behaviorisme dalam sejarah
psikologi, tumbuh menjadi satu aliran yang kuat dan implikati dalam psikologi
praktis, bahkan dalam psikologi kontemporer.
B. F. Skinner merupakan satu
pelopor progresifitas behaviorisme. Sebagai teoritisi, dia menolak semua teori
kepribadian. Menurutnya, psikologi belum siap (belum memiliki data faktual)
untuk membangun teori kepribadian yang mencakup segala hal. Dia tidak membahas
topik kepribadian secara khusus kecuali sekedar menjadikannya sebagai label
dari aspek tingkah laku tertentu (Alwisol, 2006). Karena penolakan inilah,
Skinner kemudian menjelma menjadi tokoh behaviorisme paling produktif dalam
mengemukakan gagasan dan penelitian, paling berpengaruh, dan paling berani
dalam menjawab setiap tantangan dan kritik atas behaviorisme.
Skinner sebagai seorang
teorisi memiliki beberapa asumsi dasar yang membedakannya dari beberapa pakar
kepribadian. Pertama, skinner menolak analisis kehidupan internal
seperti insting-motif-drives-aktualisasi diri-superiorita-keamanan, dan
secara ekstrim berpendapat bahwa psikologi harus membatasi diri hanya menangani
data yang observasional. Kedua, Skinner tidak tertarik dengan perbedaaan
individual seperti trait, life style, ego, dan self.
Ketiga, pakar psikologi kepribadian mengembangkan teorinya berdasarkan
analisis terhadap orang abnormal (Freud dkk), atau terhadap orang normal
(Rogers), atau terhadap orang yang super normal (Maslow). Sedangkan Skinner
memakai binatang (tikus dan merpati) sebagai objek amatannya.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
biografi Skinner?
2. Bagaimana
struktur kepribadian dalam teori Skinner?
3. Bagaimana
dinamika kepribadian dalam teori Skinner?
4. Bagaimana
aplikasi teori Skinner dalam lapangan psikologi?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui biografi Skinner secara
komprehensif.
2. Mengetahui dan memahami struktur kepribadian
berdasakan teori Skinner.
3. Mengetahui
dan memahami dinamika kepribadian berdasarkan teori Skinner.
4. Mengetahui
dan memahami aplikasi teori Skinner dalam ranah psikologi.
D. Manfaat
Penulisan
Manfaat
penulisan makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai
teori-teori psikologi, khususnya teori kepribadian Skinner.
2. Menambah kemampuan penulis dalam penulisan
karya tulis, baik kuantitatif maupun kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner
lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada tanggal 20 Maret 1904 dan meninggal
pada tanggal 18 Agustus 1990 di Cambridge Hospital, Amerika Serikat. Dia
merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan
yang stabil, dimana beljar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Dia
mengatakan, “Saya tidak pernah disiksa secara fisik oleh ayahku (pengacara) dan
hanya sekali oleh ibuku. Ibuku mencuci mulutku dengan air sabun karena saya
berbicara kata-kata kotor. Ayahku tidak pernah lupa mengingatkan saya akan
siksaan yang menannti bila saya berpikiran kriminal. Dia sekali membawa saya
berkeliling penjara menyaksikan sendiri para kriminal yang masuk penjara.
Akibatnya saya sangat takut dengan polisi.
Skinner memperoleh ijazah
B.A-nya dalam sastra bahasa Inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College, sebuah sekolah kecil. Sebagai siswa undergraduate, dia tidak
dapat mengambil les-les psikologi. Setelah wisuda, dia menekuni tulis menulis
sebagai profesinya selama dua tahun, disamping itu tinggal di Greenwich Village
sebagai seorang seniman.
Pada tahun 1928, dia
melamar masuk program pasca sarjana psikologi universitas Harvard, tetapi dia
tidak meninggalkan minatnya pada tulis–menulis. Selama masa belajar di Harvard,
dia mempelajari tingkah laku binatang yang kemudian mengembangkan beberapa
prinsipnya dalam metode ilmiah. Dia memperoleh M.A. pada tahun 1930 dan Ph.D.
pada tahun 1931. Ciri hidupnya sebagai mahasiswa pasca sarjana di Harvard
sangat disiplin: “Saya bangun jam 6, belajar sampai makan pagi, mengikuti les
di kelas, laboratorium-laboratorium, dan perpustakaan-perpustakaan, dengan
tidak lebih dari 15 menit yang terencana setiap hari, belajar sampai tepat jam
sembilan malam dan pergi tidur. Saya tidak menonton film atau
permainan-permainan, jarang pergi ke konser musik, hampir tidak pernah membaca
lain selain psikologi dan fisiologi.
Dari tahun 1931 sampai
1936, dia bekerja di Harvard, dua tahun pertama didukung oleh National Research
Council Fellowship dan tiga tahun terakhir lektor muda diantara para petinggi
ilmu psikologi Harvard. Skinner mulai dengan karirnya sebagai dosen di
University of Minnesota pada tahun 1936, da tinggal di sana hingga tahun 1945.
peride ini merupakan masa produktifitas Skinner yang selanjutnya menetapkannya
sebagai seorang pemimpin psikologi behaviorist di Amerika Serikat. Pada tahun
1958, dia menjadi profesor psikologi di Edgar Pierce.
Skinner adalah salah
seorang dari ilmuwan terkemuka dan penerima penghargaan dunia. Dia menerima
Warren medal dari Society of Experimental Psychologists pada tahun 1942,
penghargaan Sc. D oleh Humilton college pada tahun 1951, penghargaan dari
American Psychology Association (APA) pada tahun 1958.
B. Struktur
Kepribadian
Skinner lebih tertarik
dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek struktur yang
tetap. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku
itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku, yaitu:
1. Tingkah
laku responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan (elicited)
organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon
itu. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur
ketika melhat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa
takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.
2. Tingkah
laku operan (operant behavior); respon yang dimunculkan (emitted)
organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya
respon itu. Terjadinya proses pengikatan stimulus baru dengan respon baru.
Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya
untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih tergantung
kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi
yang mengikuti respon itu.
Bagi Skinner, faktor
motivasional dalam tingkah laku bukan bagian elemen struktural. Dalam situasi
yang sama, tingkah laku seseorang dapat berbeda-beda kekuatan dan
intensitasnya. Namun, hal itu tidak harus diartikan sebagai akibat dari
kekuatan dalam, drive, atau motivasi. Menurut Skinner, variabilitas intensitas
tingkah laku itu dapat dikembalikan kepada variabel lingkungan (environmental
variable). Orang yang lapar dan bersemangat makan banyak bukan karena
dorongan atau drive laparnya besar, tetapi karena perutnya kosong, lama tidak
makan, atau kondisi lainnya.
Konsep motivasi yang
menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam situasi yang konstan, bukan fungsi
dari keadaan energi, tujuan, dan jenis penyebab sejenisnya. Konsep itu secara
sederhana dijelaskan melalui hubungan sekelompok respon dengan sekelompok
kejadian. Penjelasan mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi (Alwisol,
2006).
C. Dinamika
Kepribadian
1. Kepribadian
dan Belajar
Substansi dari teori skinner adalah teori
belajar, pengkajian mengenai bagaimana proses individu memiliki tingkah laku
baru, menjadi lebih tahu, dan menjadi lebih trampil. Menurut Skinner (dalam
Alwisol, 2006), kehidupan terus menerus dihadapkan dengan situasi eksternal
yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon
lama atau memakai respon yang baru dipelajari.
Konsep dasar dari asumsi diatas adalah semua
tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu.
Manusia-termasuk binatang-dapat dilatih melakukan semua jenis tingkah laku jika
semua konsekuensi dapat diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki.
Secara eksplisit, dapat kita pahami bahwa
bagi Skinner dan behavioris yang lain, manusia-termasuk binatang-tidak berbeda
dengan mesin yang dapat dumanipulasi aktifitasnya berdasarkan setting yang
dilakukan oleh operatornya (peneliti). Hal ini merupakan salah satu bentuk
simplifikasi dari dinamika kepribadian manusia yang secara substansial
sangatlah kompleks.
- Kondisioning Operan (Operant Conditioning)
Kondisioning Operan merupakan konsep paling
radikal dari Skinner. Konsep ini telah menghinggapi hampir setiap ranah
psikologi dengan dialektika yang bervariasi. Kondisioning operan Skinner
sepintas mirip dengan Pengkondisian Klasik dari Pavlov, namun berbeda dalam hal
faktor penguat atau reinforcernya.
Dalam kondisioning operan, Skinner
menggunakan sebuah kotak (kotak Skinner), yang didalamnya terdapat alat
pengungkit yang berhubungan dengan penyaji makanan. Jika alat ini terinjak, maka
akan keluar makanan. Kotak percobaan ini diisolasi sedemikian rupa agar
variabel-variabel dari luar yang dapat mengganggu atau mempengaruhi tikus
percobaan tidak masuk (Koswara, 1991).
Selain tikus yang digunakan sebagai objek
penelitian, Skinner juga menggunakan merpati sebagai objek penelitiannya. Dalam
penelitiannya ini, Skinner menggunakan Teknik Pendekatan Berangsur (successive
approximation), dimana merpati diarahkan untuk melakukan perilaku
tertentu secara bertahap hingga melakukan perilaku yang menjadi tujuan akhir
dari percobaannya. Lebih jauh, dengan teknik tersebut, tingkah laku juga lama
juga dapat dihilangkan (extinction). Cara termudah dalam melakukan
ekstinsi adalah dengan menghilangkan stimulus penguat (reinforcer)
tingkah laku tersebut.
Tingkah laku operan tidak langsung diperoleh
dalam satu paket latihan. Biasanya dia dipelajari secara bertahap, sedikit demi
sedikit. Bahkan untuk mengajarkan seekor merpati mematuk-matuk piring yang
ditempel di dinding, seperti diuraikan Skinner (dalam Crain, 2007) harus
dibentuk secara bertahap. Melalui tahapan-tahapan tersebut kita dapat membentuk
perilaku (respon) sesuai dengan yang diinginkan.
Skinner (dalam Jarvis, 2006) mengidentifikasi
tiga bentuk respons atau operan yang mengikuti suatu perilaku, yaitu:
a. Operan
netral, yaitu respons dari lingkungan yang tidak dapat menambah atau mengurangi
probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
b. Penguat
(reinforcers), yaitu respons dari lingkungan yang tidak dapat menambah
probabilitas perilaku yang diulang-ulang.
c. Penghukum
(punishers), yaitu respons dari lingkungan yang mengurangi probabilitas
perilaku yang diulang-ulang.
- Reinforcement (Penguatan)
Reinforcement
merupakan bagian yang sangat penting dalam kondisioning operan. Reinforcement
sangat menentukan perilaku yang muncul dalam kondisioning operan. Reinforcement
dapat bersifat positif maupun bersifat negatif . reinforcement positif,
yaitu reinforcement apabila diperoleh akan meningkatkan probabilitas
respons dan (b) reinforcement negatif , yaitu sesuattu apabila
ditiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan probabilitas respons. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa reinforcement negatif itu sebenarnya
adalah hukuman atau punishment. Reinforcement positif maupun
negatif terdiri atas reinforcement primer dan reinforcement
skunder. Reinforcement primer adalah berkaitan dengan keadaan yang
alami, misalnya makanan merupakan reinforcement positif primer, dan
aliran listrik merupakan reinforcement negatif primer (dalam eksperimen
Skinner). Reinforcement positif skunder misalnya bunyi bel–karena bunyi
bel merupakan force signal datangnya makanan-dan sinar lampu sebagai reinforcement
negatif skunder karena sinar lampu sebagai force signal datangnya aliran
listrik (Walgito, 2004).
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan
dalam penguatan, agar eksperimen yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan
perilaku yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan awal. Penguatan diberikan
berdasarkan skedul berikut ini, yaitu:
a. Penguat
berkelanjutan (continuous reinforcement), dimana setiap perilaku
yang muncul diberi penguatan. Pemberian penguat ini dapat diatur dengan
interval yang proporsional.
b. Interval
tetap (fixed interval), yaitu pemberian penguatan secara teratur
dalam interval waktu tertentu.
c. Interval
berubah (variable interval), yaitu memberi reinforsemen dalam
waktu yang tidak tetap, tetapi jumlah rata-rata penguat yang diberikan sama
dengan pengaturan tetap.
d. Perbandingan
tetap (fixed ratio), yaitu mengatur pemberian penguatan setelah
respon yang dikehendaki muncul untuk kesekian kalinya.
e. Perbandingan
berubah (variable ratio), yaitu memberikan penguatan secara acak.
- Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi stimulus (stimulus generalization)
adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang
mestinya menimbulkan respons itu. Sedangkan diskriminasi stimulus (stimulus
discrimination) adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga
stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi
penguat. Generalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar,
karena jika keduanya tidak ada, maka proses belajar tidak dapat dilakukan
(Alwisol, 2006).
D. Aplikasi
- Tingkah Laku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa tingkah laku
abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkah laku
normal. Karena itu menurutnya tingkah laku abnormal dapat diganti dengan
tingkah laku normal dengan cara sederhana,yakni dengan memanipulasi lingkungan.
Konsep impuls id yang tertekan, inferiority complexes, anxiety, ego
defence, krisis identitas, konflik eg-superego, adalah penjelasan yang
mengkhayal. Kelainan tingkah laku itu adalah kegagalan belajar membuat
seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :
1. Kekurangan
tingkah laku (behavior deficit); tidak memiliki repertoir respon yang
dikehendaki karena miskin reinforsmen.
2. Kesalahan
penguatan (schedule reinforcement error); pilihan responnya tepat,
tetapi reinforsemen diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung
memakai respon yang tidak dikehendaki.
3. Kesalahan
memahami stimulus (failure in discriminating stimulus); sering terjadi
pada pada penderita skizoprenia dan psikotik lainnya, yakni orang gagal memilah
tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus, yang benar dihubungkan
dengan dengan hukuman dan yang salah malahan dihubungkan dengan reinforsemen.
Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
4. Merespon
secara salah (inapropriate set of response); terkait dengan
ketidakmampuan mengenali penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya
mengembangkan respon yang salah karena justru respon it yang mendapat
reinforsemen.
Dapat disimpulkan bahwa tingkah laku abormal
harus dipahami melalui sejarah reinforsemen yang diterima seseorang. Tingkah
laku abnormal itu dapat diganti dengan cara sederhana, yakni dengan
memanipulasi reinforsemen lingkungan, mengikuti kondisioning operan dan
kondisoning operan.
2. Modifikasi
Tingkah Laku
Modifikasi perilaku-sering juga disebut
B-mod-adalah teknik terapi yang didasarkan pada karya-karya Skinner. Cara
kerjanya sangat sederhana: menghentikan perilaku yang tidak diingini (dengan
cara menghilangkan penguat) dan menggantinya dengan perilaku yang dihasrati
dengan penguatan. Teknik ini telah digunakan di semua jenis persoalan
psikologis-kecanduan, neurosis, sifat pemalu, autis, bahkan skizofrenia-dan
lebih efektif jika ditujukan pada anak-anak. Ada gejala psikotik yang pernah
dialami seseorang di masa lalu tapi tidak pernah dikomunikasikan pada siapapun,seolah-olah
kehidupannya berjalan normal.
Salah satu cabang dari b-mod disebut ekonomi
tanda (token economy). Teknik ini banyak dipakai di lembaga-lembaga
seperti rumah sakit jiwa, panti untuk remaja bermasalah dan penjara. Ada
aturan-aturan tertentu yang berlaku di sebuah institusi secara eksplisit, dan
mereka yang menaati peraturan ini akan dihadiahi tanda-tanda tertentu yang
berlaku di sebuah institusi secara eksplisit, dan mereka yang menaati peraturan
ini akan dihadiahi tanda-tanda tertentu, seperti kartu poker, tiket uang
mainan, buku saku dan sebagainya. Sementara perilaku yang tidak menuruti aturan
diganjar dengan tidak diberikannya tanda-tanda ini. Ada juga tanda-tanda yang
yang bisa “diperdagangkan” sesama penghuni lembaga tersebut, seperti permen,
rokok, permainan, tiket film, jam istirahat, dan sebagainya. Cara ini sangat
efektif dalam menciptakan keteraturan di lembaga-lembaga yang “kacau” seperti
rumah sakit jiwa atau penjara.(Boeree, 2007)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas,
penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam
konsep kepribadian Skinner, tingkah laku dklasifikasi menjadi dua kelompok,
yaitu tingkah laku responden (respondent behavior) dan tingkah laku
operan (operant behavior).
2. Ada
beberapa konsep Skinner mengenai dinamika kepribadian, yaitu:
S Kepribadian
dan belajar
S Kondisioning
operan
S Reinforcement
(penguatan)
S Generalisasi
dan diskriminasi
3. Aplikasi
teori Skinner dapat dilihat dalam perilaku abnormal dan modifikasi tingkah
laku.
B. Saran
Sebagai penutup dari
pembahasan ini, penulis menyarankan untuk mengkaji lebih dalam teori Skinner,
karena secara substantif teori tersebut memiliki implikasi yang signifikan
dalam ranah psikologi modern.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang:UMM Press.
Boeree, C.G. 2007. Personality Theories:Melacak Kepribadian Anda Bersama
Psikolog Dunia. Alih bahasa oleh Injiak Ridwan Muzir.
Yogyakarta:Prismasophie
Crain, W. 2007. Teori Perkembangan :Konsep dan Aplikasi. Alih bahasa oleh
Yudi Santoso. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Jarvis, M. 2006. Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku,
Perasaan, & Pikiran Manusia. Alih bahasa oleh SPA-Team work.
Bandung:Nusamedia
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco
Naisaban, L. 2004. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan
Karya. Jakarta: Grasindo.
Walgito, B. 2004. Pengantar
Psikologi Umum. Yogyakarta:Andi.
Komentar
Posting Komentar